Friday, March 6, 2015

Posted by Unknown On 7:17 PM
Prolog Tentang Sarjana Fresh Graduate


Tahap demi tahap telah dilalui, test masuk perguruan tinggi, mengikuti kegiatan kampus, masa perkuliahan, kuliah kerja mahasiswa, penyusunan skripsi, dan sidang skripsi, tinggal menunggu waktu, dalam hitungan hari tersemat sudah toga di kepala. Resmi sudah rekan-rekan semua menyandang dua predikat; sebagai sarjana dan sebagai alumni kampus anda.

Seorang sarjana muda-selanjutnya kita sebut Freshgraduate-kini dihadapkan pada tahapan berikutnya, bukan lagi tahapan teori dan tahapan praktik singkat, tapi kini tantangan yang lebih bersifat aksi telah menunggu, sarjana freshgraduate dituntut untuk terjun langsung ke lapangan. Sebuah praktik panjang yang yang mengharuskan sarjana freshgraduate terpaut langsung dalam lingkaran kehidupan bermasyarakat yang penuh dinamika. Etape dalam sirkuit panjang kehidupan.

Setidaknya ada empat etape yang dapat dipilih seorang sarjana freshgraduate; pertama seorang sarjana freshgraduate memilih menjadi Karyawan, ini pilihan mayoritas. Kedua menjadi wirausahawan/entepreneurship, biasanya ini adalah suguhan alternative. ketiga mengembangkan personal talenta. Keempat melanjukan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada etape satu dan dua prolognya tidak perlu diurai panjang lebar, sebagian institusi pendidikan di negeri kita ini cenderung hanya mengarahkan lulusan mereka pada dua pilihan ini, walaupun pada praktek dan realitanya tetap saja pilihan menjadi karyawan selalu mendominasi, konsep entepreneurship biasanya hanya kemasan.

Apa sih inti orang menimba ilmu-sekolah,kuliah, kursus ternyata dalam budaya kita, apa yang dicari ini mengalami penyempitan value. Menuntut ilmu sama dengan menanam harta-uang. Menuntut ilmu artinya mengumpulkan sejumlah kertas-ijazah- sebagai upaya mendapatkan sejumlah uang.

Menurut saya penyempitan inilah yang membuat kita tidak professional ketika menjadi pekerja. Tidak

Hal yang sama terjadi pada bidang wirausaha. Tujuan utama wirausaha berarti harta-uang. Bukan value.

Saya mengemukakan pendapat tidak didasari dari pengamatan pada orang lain semata, namun saya mulai dari mengobservasi diri sendiri. Menelaah kekurangan saya, merenungi kesalahan saya dan dititik berikutnya saya mencoba menjadikan apa yang saya telaah dan apa yang saya renungi menjadi sebuah kekuatuan, tidak hanya untuk diri saya pribadi namun saya upayakan saya bagi.

Kok bisa hanya dua pilihan ini yang menjadi pilihan ?, maklum realita pasar menginginkan begitu, kita selalu dipagari pada pilihan sempit, menjadi karyawan atau berwirausaha. Lalu bagaimana dengan pilihan berikutnya, mengembangan personal talenta dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pilihan ini unik, sedikit sekali orang yang mau mempatenkan pilihan ini. Kok begitu?, ya begitu, itu ralita, kenapa?, sebaiknya kita urai dulu apa itu mengembangkan personal talenta dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Personal talenta. Taleta personal, atau kita artikan saja sebagi kemampuan lain yang dimiliki individu, bisa berupa minat, bakat, hobi atau potensi positif dalam diri kita.

Langsung saja pada contoh. Apakah sebagian dari kita kenal dengan seorang dokter ahli bedah yang bernama dfdfdfd ?, jawabannya sedikit yang tahu, saya sering menanyakan ini pada beberapa orang, 5 dari 7 tujuh orang menggelengkan kepala. Ketika pertanyaan dirubah menjadi Apakah sebagian dari kita kenal dengan seorang penyanyi bernama Tompi, dapat dipastikan semua menganggukan kepala. Nah, penyanyi Tompi memiliki nama asli lkdfjdfkj, dia seorang dokter dengan talenta menyanyi yang luar biasa.

Contoh internasional. Apakah sebagian dari kita kenal dengan seorang pria bernama dfkdfjdkdf . pastinya sedikit yang tahu, tapi kalau ditanya apakah tahu pria bernama tiger wood, dia pegolf internasional.

Jadi dua contoh sepertinya sudah cukup menggambarkan apa itu personal talenta, ini berarti tak perlu lagi kita bahas terlalu panjang lebar asal kata, dflkdjfd kfdkfdkfdfkddf
Sebagai pelengkap bisalah kita kutif definisi talenta berikut,
Fdf
Fdf
Fdf
Fdfd

Jadi personal talenta dapat kita artikan kembali

Namun siapa sih yang selepas kuliah langsung memilih etape ini?, orang konyol. Pasti itu jawaban yang akan ditemui. Masyarakat kita masih awam pada pilihan ini.  Akan dianggap konyol bila anda lulusan sarjana pendidikan lalu setelah lulus kuliah-karena anda punya talenta melukis karikatur- anda memutuskan focus mengembangkan dan memanfaatkan talenta anda. Mindsite di lingkungan kita sudah menstempel sarjana pendidikan harusnya jadi guru, dosen atau jadi karyawan apa gitu.

Anda sarjana teknik pertambangan, memiliki talenta menulis, lalu anda ingin selepas kuliah focus menjadi penulis, kemudian anda mendiskusikan ini pada teman, keluarga atau tetangga rumah. Dijamin jidat mereka akan mengkerut, atau kalaupun mereka setuju pasti ada embel-embel kalimat “apa engga sebaiknya cari kerja dulu?” atau “apa engga nyobain buka usaha?”.

Orang akan geleng-geleng kepala kalau anda lulusan sarjana pertanian lalu anda benar-benar ingin menjadi petani, padahal anda punya bakat besar di bidang agronomi dan ingin mengembangkan pertanian didaerah anda, orang pasti akan bilang “Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalo cuma jadi petani?”

Saat anda memutuskan menekuni dunia potografe padahal anda sarjana fresh graduate lulusan Akuntansi, dijamin, dipastikan pilihan anda salah dimata kebanyakan orang.

Ups!, saya bukan ingin memprovokasi, hanya memberi gambaran agar jelas apa yang saya artikan dengan personal talenta dan kenapa saya berani-berani menyajikan pengembangan personal talenta sebagai pilihan pasca anda menyandang gelar sarjana. Rasa kagum adalah hadiah untuk orang yang langsung memilih jalur ini.


0 comments:

Post a Comment