Prolog Tentang Sarjana Fresh Graduate
Tahap demi tahap telah dilalui, test masuk perguruan tinggi,
mengikuti kegiatan kampus, masa perkuliahan, kuliah kerja mahasiswa, penyusunan
skripsi, dan sidang skripsi, tinggal menunggu waktu, dalam hitungan hari
tersemat sudah toga di kepala. Resmi sudah rekan-rekan semua menyandang dua
predikat; sebagai sarjana dan sebagai alumni kampus anda.
Seorang sarjana muda-selanjutnya kita sebut Freshgraduate-kini
dihadapkan pada tahapan berikutnya, bukan lagi tahapan teori dan tahapan
praktik singkat, tapi kini tantangan yang lebih bersifat aksi telah menunggu,
sarjana freshgraduate dituntut untuk
terjun langsung ke lapangan. Sebuah praktik panjang yang yang mengharuskan
sarjana freshgraduate terpaut langsung dalam lingkaran kehidupan bermasyarakat
yang penuh dinamika. Etape dalam
sirkuit panjang kehidupan.
Setidaknya ada empat etape yang
dapat dipilih seorang sarjana freshgraduate;
pertama seorang sarjana freshgraduate memilih menjadi Karyawan, ini pilihan
mayoritas. Kedua menjadi wirausahawan/entepreneurship, biasanya ini adalah
suguhan alternative. ketiga mengembangkan personal talenta. Keempat melanjukan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada etape satu dan dua prolognya tidak perlu diurai panjang
lebar, sebagian institusi pendidikan di negeri kita ini cenderung hanya
mengarahkan lulusan mereka pada dua pilihan ini, walaupun pada praktek dan
realitanya tetap saja pilihan menjadi karyawan selalu mendominasi, konsep entepreneurship
biasanya hanya kemasan.
Apa sih inti orang menimba ilmu-sekolah,kuliah, kursus ternyata
dalam budaya kita, apa yang dicari ini mengalami penyempitan value. Menuntut
ilmu sama dengan menanam harta-uang. Menuntut ilmu artinya mengumpulkan sejumlah
kertas-ijazah- sebagai upaya mendapatkan sejumlah uang.
Menurut saya penyempitan inilah yang membuat kita tidak
professional ketika menjadi pekerja. Tidak
Hal yang sama terjadi pada bidang wirausaha. Tujuan utama
wirausaha berarti harta-uang. Bukan value.
Saya mengemukakan pendapat tidak didasari dari pengamatan pada
orang lain semata, namun saya mulai dari mengobservasi diri sendiri. Menelaah
kekurangan saya, merenungi kesalahan saya dan dititik berikutnya saya mencoba
menjadikan apa yang saya telaah dan apa yang saya renungi menjadi sebuah
kekuatuan, tidak hanya untuk diri saya pribadi namun saya upayakan saya bagi.
Kok bisa hanya dua pilihan ini yang menjadi pilihan ?, maklum
realita pasar menginginkan begitu, kita selalu dipagari pada pilihan sempit,
menjadi karyawan atau berwirausaha. Lalu bagaimana dengan pilihan berikutnya,
mengembangan personal talenta dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Pilihan ini unik, sedikit sekali orang yang mau mempatenkan pilihan
ini. Kok begitu?, ya begitu, itu ralita, kenapa?, sebaiknya kita urai dulu apa
itu mengembangkan personal talenta dan melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Personal talenta. Taleta personal, atau kita artikan saja sebagi
kemampuan lain yang dimiliki individu, bisa berupa minat, bakat, hobi atau
potensi positif dalam diri kita.
Langsung saja pada contoh. Apakah sebagian dari kita kenal dengan
seorang dokter ahli bedah yang bernama dfdfdfd ?, jawabannya sedikit yang tahu,
saya sering menanyakan ini pada beberapa orang, 5 dari 7 tujuh orang
menggelengkan kepala. Ketika pertanyaan dirubah menjadi Apakah sebagian dari
kita kenal dengan seorang penyanyi bernama Tompi, dapat dipastikan semua
menganggukan kepala. Nah, penyanyi Tompi memiliki nama asli lkdfjdfkj, dia
seorang dokter dengan talenta menyanyi yang luar biasa.
Contoh internasional. Apakah sebagian dari kita kenal dengan
seorang pria bernama dfkdfjdkdf . pastinya sedikit yang tahu, tapi kalau
ditanya apakah tahu pria bernama tiger wood, dia pegolf internasional.
Jadi dua contoh sepertinya sudah cukup menggambarkan apa itu
personal talenta, ini berarti tak perlu lagi kita bahas terlalu panjang lebar
asal kata, dflkdjfd kfdkfdkfdfkddf
Sebagai pelengkap bisalah kita kutif definisi talenta berikut,
Fdf
Fdf
Fdf
Fdfd
Jadi personal talenta dapat kita artikan kembali
Namun siapa sih yang selepas kuliah langsung memilih etape ini?,
orang konyol. Pasti itu jawaban yang akan ditemui. Masyarakat kita masih awam
pada pilihan ini. Akan dianggap konyol
bila anda lulusan sarjana pendidikan lalu setelah lulus kuliah-karena anda
punya talenta melukis karikatur- anda memutuskan focus mengembangkan dan
memanfaatkan talenta anda. Mindsite di lingkungan kita sudah menstempel sarjana
pendidikan harusnya jadi guru, dosen atau jadi karyawan apa gitu.
Anda sarjana teknik pertambangan, memiliki talenta menulis, lalu
anda ingin selepas kuliah focus menjadi penulis, kemudian anda mendiskusikan
ini pada teman, keluarga atau tetangga rumah. Dijamin jidat mereka akan
mengkerut, atau kalaupun mereka setuju pasti ada embel-embel kalimat “apa engga
sebaiknya cari kerja dulu?” atau “apa engga nyobain buka usaha?”.
Orang akan geleng-geleng kepala kalau anda lulusan sarjana
pertanian lalu anda benar-benar ingin menjadi petani, padahal anda punya bakat
besar di bidang agronomi dan ingin mengembangkan pertanian didaerah anda, orang
pasti akan bilang “Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalo cuma jadi petani?”
Saat anda memutuskan menekuni dunia potografe padahal anda sarjana
fresh graduate lulusan Akuntansi, dijamin, dipastikan pilihan anda salah dimata
kebanyakan orang.
Ups!, saya bukan ingin memprovokasi, hanya memberi gambaran agar
jelas apa yang saya artikan dengan personal talenta dan kenapa saya
berani-berani menyajikan pengembangan personal talenta sebagai pilihan pasca
anda menyandang gelar sarjana. Rasa kagum adalah hadiah untuk orang yang
langsung memilih jalur ini.
0 comments:
Post a Comment